Terhitung 3 tahun pancaoperasi itu saya mesti wira-wira, bolak-balik rumah sakit untuk memeriksakan kista-kista di dada saya, demi memastikan; apakah kondisi kista-kista tergolong jinak ataukah berbahaya.
Tidak dipungkiri, rasa lelah dan putus asa kerap bersamaan muncul melemahkan hati. Pertanyaan sampai kapan kista-kista akan terus bercokol di dada, sering datang menghantui.
Tapi kemudian saya menegur diri sendiri. Saya tidak boleh membiarkan dua rasa itu --- lelah dan putus asa berlama-lama menguasai hati dan pikiran. Saya harus tetap bersemangat. Harus!
Itulah sebab saya lantas melecut diri untuk tidak berhenti berikhtiar dan mengupayakan kesembuhan.
Perlahan saya belajar ikhlas untuk menjalani hari-hari yang cukup berat.
Kesakitan saat kista-kista meradang, berusaha saya tahan. Trauma saat menjalani fnab (adakalanya proses ini menimbulkan rasa sakit luar biasa, terutama ketika cairan kista sudah mengental), sedapat mungkin saya lupakan.
Mengubah Pola Hidup Menjadi Lebih Sehat
Selain rutin memeriksakan diri secara medis, diam-diam saya mulai mengoreksi life style saya selama ini. Apakah saya sudah melakukan hal terbaik untuk menjaga kesehatan tubuh saya? Apakah pola makan saya sudah benar?
Dari beragam pertanyaan 'apakah' itu, saya menyadari bahwa selama ini saya telah banyak lalai. Saya cenderung malas berolahraga. Saya jarang mengonsumsi sayur dan buah.
Saya pun mengingatkan diri sendiri, kiranya belum terlambat untuk memperbaiki pola hidup selama ini. Dan, perlahan tapi pasti saya mulai belajar mengubah kebiasaan sehari-hari.
Saya sisihkan waktu (sedikitnya 1 jam) untuk rutin berolahraga. Saya pilih olahraga Yoga karena beberapa alasan. Selain banyak manfaatnya, olahraga ini sangat simple, bisa dilakukan secara indoor atau outdoor, dan waktu pelaksanaannya bisa kapan saja.