Katamu, aku ini terlahir dari rahim hujan. Hasil perselingkuhan antara matahari dan air laut. Itu sebab hati dan mataku selalu basah.
Tapi kenyataan tidak begitu. Hujan adalah ciptaan Tuhan paling setia. Ia hanya mencintai satu kekasih;Â tanah.
Lantas dari mana aku bermuasal?Â
Aku terlahir dari keping-keping cinta yang menyatu, kala hujan jatuh di atap sebuah rumah yang penyangganya nyaris runtuh.
Katamu kemudian, "Oh, jika begitu kau lebih pantas jadi kekasih hujan. Karena di dadamu terlihat begitu banyak gerimis."
***
Malang, 8 September 2022
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H