----
Lastri berjalan terhuyung menuju dapur. Dadanya terasa penuh seolah hendak meledak.
Kalau saja --- ya, kalau saja ia tidak berubah menjadi perempuan renta seperti ini, ingin rasanya ia mencabik-cabik tubuh Mbok Jum, mencincangnya, lalu melemparkannya jauh-jauh ke jalanan untuk santapan sekawanan kucing liar yang kelaparan.
Lastri menggeser dingklik kecil yang berada di pojok dapur, persis ke depan pediangan yang apinya tak lagi menyala. Sesaat tubuh ringkihnya meringkuk diam di sana, melepas segala penyesalan.
Ya. Ia menyesal telah menerima Mbok Jum sebagai rewang. Ia semakin menyesal ketika menyadari Mbok Jum bukan berniat menolongnya --- mengunci jiwa raga Pram, melainkan malah merebut suaminya itu.
"Nyaaaiiiiiiii......!!!"
Seruan lantang Mbok Jum membuatnya gumegrah. Batinnya kembali terkoyak. Mbok Jum keparat! Perempuan itu tidak saja telah merampas jasad cantiknya, tapi juga merebut kedudukannya sebagai ratu di rumah ini.
Lastri menarik napas dalam-dalam.
"Oh, di sini kau rupanya." Masih mengenakan gaun tidur transparan, disertai rambut awut-awutan, Mbok Jum muncul di ambang pintu.
Lastri berdiri gontai. Tubuhnya yang bungkuk perlahan mendekat.
"Nyonya memanggil saya?"