Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Janji Nawangwulan kepada Tarub

5 Desember 2020   06:42 Diperbarui: 5 Desember 2020   06:47 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Saat bulan purnama muncul, saat itulah aku akan menampakkan diri menyambangimu."

Janji itu terngiang kembali di telinga Tarub. Lelaki yang tak henti merutuki diri akibat kelalaiannya sendiri.

Ya. Tarub hanya bisa pasrah. Ketika Nawangwulan secara tidak sengaja menemukan kembali selendang ajaib miliknya. Selendang yang sengaja ia sembunyikan agar perempuan jelmaan bidadari itu tidak bisa kembali pulang ke negeri kahyangan.

Andai bisa Tarub ingin sekali mencegah terjadinya kisah pahit itu. Kisah yang membuatnya harus merelakan kepergian Nawangwulan, istri tercinta.

"Jangan sekali-kali membuka tutup dandang di atas tungku itu ya, Kakang Tarub. Pamali." Begitu suatu hari Nawangwulan mewanti-wanti.

Tapi peringatan keras itu justru membuat Tarub penasaran. Saat istrinya sibuk menyusui bayi mereka di dalam kamar, diam-diam Tarub pergi menuju dapur.

Tarub sempat berdiri ragu ketika matanya tertuju pada benda berbentuk tabung di atas tungku yang asapnya sedang mengepul. Tapi rasa penasaran ternyata jauh lebih mendominasi. Sembari berjalan mindik-mindik Tarub nekat mengulurkan tangan. Dan, hup! Ia berhasil mengintip isi dandang.

Namun alangkah terkejut ia. Tersebab matanya tidak menemukan segenggam beras pun di dalam dandang seperti layaknya ibu-ibu bertanak nasi. Tarub hanya melihat sebulir padi. 

Ya, sebulir!

"Astaga! Apa yang sudah Kakang lakukan?" Nawangwulan tiba-tiba muncul di ambang pintu dapur. Wajahnya merah padam.

"Anu Wul...aku hanya ingin tahu apakah nasinya sudah matang," Tarub berkilah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun