"Ayahanda, sampaikan kepada suamiku---Ali, agar ia mencarikan seorang budak untuk membantu pekerjaanku."
Dengan bijak dan penuh kasih Rasulullah berkata, "Wahai, putriku. Seorang Ibu yang ikhlas mengurusi pekerjaan rumah tangganya, mencucikan pakaian dan menyisir rambut anak-anaknya, menggiling gandum untuk sarapan anak-anak dan suaminya, sesungguhnya ia telah membangun pondasi rumah tinggalnya kelak di surga."
Mendengar ucapan Ayahandanya itu seketika menangislah Fatimah. Ia menyesal dan berjanji tidak akan berkeluh kesah lagi terhadap tugas mulia yang telah diembankan kepadanya. Yang di dalamnya Allah telah menjanjikan kemuliaan setimpal untuknya kelak di surga.
Begitu istimewa kedudukan seorang Ibu hingga sepanjang zaman beragam pujian dan ungkapan indah tak putus tertuju kepadanya.
Sekalipun sesungguhnya seorang Ibu tidak pernah mengharapkan dirinya beroleh imbalan pujian atau balas jasa.
Saya jadi teringat lagu masa kanak-kanak dulu.
Kasih Ibu kepada beta
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi tak harap kembali
Bagai sang surya menyinari dunia
Pernahkah kita mendengar seorang Ibu meminta bayaran atau upah atas perjuangannya selama membimbing dan membesarkan anak-anaknya? Tidak pernah, bukan?
Jikalaupun seandainya ada, tidak akan mungkin seorang anak mampu membalas jasa-jasa Ibunya. Sekalipun seluruh isi dunia ini dipersembahkan di hadapannya untuk membayar kasih sayang dan pengorbanan yang telah ia berikan, tidak akan pernah lunas!
Muliakan Ibumu Maka Keberkahan Akan Mengiringimu
Pernah membaca kisah seorang Chairul Tanjung, si anak singkong yang sukses menjadi pengusaha ternama? Ia begitu memuliakan Ibunya. Karena ia yakin dan percaya, berkat doa terbaik Ibunya-lah kesuksesan hidupnya bisa diraih.