Jim sungguh pemuda yang sangat beruntung. Ia bertemu Leona, gadis cantik sebatang kara yang mewarisi kekayaan melimpah kedua orangtuanya. Â
Jim semakin beruntung ketika Leona memintanya untuk menjadi suaminya. Mereka lantas benar-benar menikah dan tinggal di rumah mewah yang berada jauh di pinggiran kota.
Jim tidak perlu bekerja keras. Ia cukup menemani Leona merawat dan mengelola kebun.
Suatu siang, di hari pernikahan mereka yang ketujuh, Leona jatuh tergelincir saat menaiki anak tangga. Kecelakaan itu membuatnya meninggal seketika.
Jim---tentu saja sangat terpukul.
Sembari menangis Jim mengangkat tubuh Leona. Menidurkannya di atas ranjang di mana selama ini keduanya tidur bersama.
Karena sangat mencintai istrinya, Jim ingin menguburkannya dengan cara yang paling romantis seperti saat mereka menikah dulu.
Jim segera menyewa jasa penguburan terbaik yang ada di kotanya. Juga mengundang beberapa tetangga yang ia kenal---sama persis dengan saat ia dan Leona melangsungkan janji suci pernikahan.
Lampu-lampu pun mulai dinyalakan. Musik klasik juga sudah dibunyikan. Meja-meja perjamuan untuk para tamu berjejer rapi berhiaskan taplak bernuansa kuning gading, warna kesukaan Leona.
"Sebagai penghormatan terakhir untuk Leona, saya akan mengajak setiap tamu yang hadir di sini turun berdansa." Jim berkata seraya merentangkan kedua tangan.
***
Pesta kematian Leona baru saja berakhir. Tamu-tamu sudah beranjak pulang. Jim tinggal sendirian kini. Menunggu petugas pemakaman datang.