Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Camar yang Sendiri

28 Agustus 2020   06:04 Diperbarui: 29 Agustus 2020   17:01 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Camar itu aku. Terbang di atas permukaan samudera yang masih saja suka menawarkan janji tak kunjung purna; tentang wajah samar seseorang, tentang kedatangan yang berubah makna menjadi kepergian.

Sepasang ikan pari berenang beriringan. Saling berpegangan tangan. Itu jelas bukan reinkarnasi kita! Sebab, terakhir kali kita bertemu, aku menjauhkan jemari tanganku dari remasanmu (yang memabukkan). 

Aku hanya tidak ingin waktu terlalu banyak meninggalkan kenangan. Karena---lagi-lagi, kenangan, seindah apa pun wujudnya kelak ia bisa menjelma menjadi pisau tajam bermata dua.

Camar itu aku. Masih belum ingin berhenti melintas di atas permukaan samudera raya.

Jikalau pun sayap-sayapku lelah, aku bisa memanggil angin. Agar mengangkat tubuhku setinggi mungkin. Atau membisiki matahari. Untuk membawaku terbang menuju ke istananya yang dikelilingi api.

Benar. Camar yang sendiri itu; aku. Menunggu samudera. Mengajariku bagaimana cara terbaik menerjemahkan cinta.

***
Malang, 28 Agustus 2020
Lilik Fatimah Azzahra

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun