Pada tubuh puisi
aku ingin menitip urat nadi
agar ia terus berdenyut
melewati pusaran hari
hingga kelak sampai pada batas penantian
di mana seorang Tuan pernah berucap janji
akan menjemput dan membawaku pulang
Pada tubuh puisi
aku ingin menyemai setitik benih harap
agar ia tumbuh bersama geliatnya waktu
hingga kelak sampai pada batas ruang tunggu
di mana segala kisah
kan berakhir dengan indah
tanpa luka
tanpa diricuhi oleh airmata
Pada tubuh puisi
aku ingin
melarung berjuta kata-kata
agar mereka sampai kepadamu
tuk sekadar memberi kabar
bahwa di sini aku masih
menjadi kekasih yang sabar
menunggumuÂ
hingga batang tubuh puisi
meluruh
tak lagi utuh
***
Malang, 25 Agustus 2020
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H