Kutuliskan kisah ini. Tentang kami. Aku dan Lidia.
Baiklah, kuperkenalkan diri dulu. Namaku Fatimah. Usiaku setengah baya. Bertubuh kurus. Berambut lurus. Dan baru saja memutuskan pindah rumah dari sebuah kota kecil ke pedesaan terpencil yang terletak di lereng bukit.
Sementara Lidia, usianya lebih muda dariku. Wajahnya manis. Rambutnya keriting. Berkacamata minus.
Kami dipertemukan oleh senja. Suatu hari. Ketika langit sedang murung.
Akulah yang pertama kali melihat dia. Perempuan itu, ia sedang mengejar seekor kucing yang berlari kencang di halaman rumahku dengan hanya mengenakan daster.
Tentu saja pertemuan tidak sengaja itu membuatku senang. Sebab sudah hampir satu minggu, terhitung sejak menempati rumah baru belum satu pun tetangga yang kukenali atau sempat kukunjungi.
"Saya Lidia. Maaf, kucing ini agak bandel. Ia suka berkeliaran di sekitar sini."
"Tidak masalah. Kucingmu bebas bermain di halaman rumahku ini."
"Oh, terima kasih. Anda baik sekali. Tadi aku sempat khawatir. Penghuni rumah yang lama---sebelum Anda, mereka tidak suka kucing. Setiap ada kucing berkeliaran di sekitar rumah ini pasti akan mengalami cedera karena diusir dengan kasar."
"Wah, masa iya? Kasihan benar kucing-kucing itu."
Perbincangan kami hanya sebatas itu. Lidia tampak terburu-buru. Setelah berhasil menangkap kucingnya yang lucu ia pamit pergi.Â