Ketika malam-malam popokmu basah, dan kamu merengek tiada henti, Ibumu rela menunda waktu istirahatnya. Lalu bicara pada malam, "Segeralah pagi. Anakku butuh dokter. Atau setidaknya seorang mantri. Sebab kecup dan pelukku tak mampu lagi menurunkan suhu tubuhnya yang kian meninggi."
Sambil menggendongmu, Ibumu beranjak dari tempat tidur, menuju dapur. Dijerangnya air untuk memasak sedikit bubur. Dan kamu masih merintih-rintih di pelukannya, membuat hati Ibumu semakin resah tiada terkira.
Sembari mendinginkan bubur di atas piring kecil, Ibumu berdoa, "Tuhan, pindahkan saja rasa sakit itu kepadaku. Agar ia bisa tidur nyenyak. Agar esok hari ia bisa tertawa ceria kembali menghangatkan seisi dunia."
Tapi kali ini Tuhan mengabaikan doa Ibumu. Sebab Tuhan Mahatahu. Ibumu tidak boleh jatuh sakit. Ibumu harus selalu sehat. Ibumu harus senantiasa kuat. Lalu Tuhan menambah imunitas di dalam tubuh Ibumu, sebanyak-banyaknya, untuk menjadikannya seorang super woman di dunia nyata.
Dan, hingga menua nanti, Ibumu tetap tidak boleh jatuh sakit. Sekalipun kamu jarang sekali menjenguknya. Sekalipun kamu nyaris melupakannya.
Ibumu---jika sakit, ia diobati oleh rindu dan doa-doanya sendiri.
***
Malang, 01 Juni 2020
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H