Seorang perempuan berjanji untuk tidak menangis lagi. Setelah ia melihat cakrawala mulai menampakkan cahaya merupa hilal. Berkilau, mengalahkan bulir keruh yang kerap jatuh di kedua sudut matanya. Â
Seorang perempuan, ia bersumpah tidak akan lagi mengumbar sedu sedan. Sesaat setelah ia tersadar dari hening dan lamunan. Bahwa ada sedu sedan yang lebih pantas untuk didengar. Yang keluar dari bibir bocah-bocah. Yang telah lama kehilangan peluk dan rasa hangat air susu ibundanya.
Seorang perempuan, memutuskan untuk diam-diam menuliskan sebaris ikrar. Bahwa ia tidak akan lagi meratapi suratan takdir. Setelah hatinya mulai paham dan mengerti. Mengapa begitu banyak serpihan hati. Berserakan di sepanjang jalan menuju titian akhir. Tersebab para pemiliknya tak kunjung dilanun ragu. Kepada siapa doa-doa dan harap mesti tertuju.
***
Malang, 25 Mei 2020
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H