Di depanku, pintu-pintu kota berderit menutup sendiri
Aku menguncinya
Menghalau sunyi yang menakuti dan bersarang tepat di pusat tempurung kepalaku
Aku tetirah
ke lembah tak bernama
Menenangkan diri, menjauhi berita-berita yang dipecundangi oleh kepentingan pribadi
Lalu, jika kecipak sungai mampu menghalau daki yang menempel di buku-buku jari jemari, mengapa kau tidak segera berlari menyusulku?
Aku menunggumu. Jangan lupa bawakan secangkir kopi dalgona dan setangkup roti bertabur keju yang kutinggal di meja kamarmu.
***
Malang, 21 April 2020
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H