Sepertinya, aku tak akan pernah bisa berhenti menulis sajak tentang secangkir kopi. Meski aromanya tak lagi harum dan warna pekatnya tak lagi memiliki barisan pengagum.
Sepertinya, aku juga masih akan terus menulis puisi tentang hujan. Duduk di dekat perapian, menatap kabut dari kejauhan. Menyembunyikan sisa-sisa kenangan di sela-sela air yang berebut jatuh. Meski banyak yang meragukan bahwa hujan tak lagi piawai menyimpan rahasia secara utuh.
Â
Sepertinya, selamanya aku akan menjadi pemuja senja. Mengabadikan pesonanya sedemikian rupa. Meski banyak yang tak suka dan menganggap bahwa senja telah lama kehilangan auranya. Sejak ia diam-diam berselingkuh dengan airmata.
Sepertinya, kepadamu aku tak kan pernah bisa berhenti mencintai dan jatuh cinta. Dan untuk rasa ini---sungguh, aku tak ingin bercerita apa-apa.
***
Malang, 29 Februari 2020
Lilik Fatimah Azzahra