Jikalau aku ingin menulis tentangmu, tentu bukan perihal kesedihan. Sebab bagimu sedih adalah bagian dari perjalanan yang harus tetap dilewati. Bukan untuk diratapi.
Jikalau aku ingin menulis tentangmu, tentu itu bukan menyoal patah hati. Sebab dalam kamusmu, patah hati hanya sekadar istilah untuk memperindah kosa kata. Juga, kaupercaya bahwa hati tak kan pernah bisa patah. Karena Tuhan telah menciptakannya dari bahan baku paling mulia.
Jikalau aku ingin menulis tentang dirimu, tentu akan kupilih dan kupilah hal-hal yang indah-indah saja. Semisal: aku pernah melihatmu berdiri di bawah jendela kamar. Dengan senyum rahasia yang tersamar. Dengan tutur sapa paling indah yang pernah kudengar.
"Duhai, cinta! Pagi ini telah kupenuhi dada ini dengan rindu. Tidakkah kauingin memungutinya satu persatu?"
***
Malang, 21 Februari 2020
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H