Kita begitu dekat
seperti nafas dan udara
Tapi aku masih saja luput memperhatikan
hal-hal sederhana yang kerap kaulakukan
Kau menyukai aroma pagi
Lihai menangkap surai-surai matahari
Untuk kaujadikan tungku pediangan
di sudut ruang hatiku
yang sunyi dan kedinginan
Kau menyukai wewangian malam
Piawai menangkap pendar-pendar cahaya rembulan
Untuk kaugantungkan
di kedua sudut mataku
yang redup tertutup awan kelabu
Kita begitu dekat
seperti alir sungai dan gemericiknya
Tapi aku selalu saja
alpa
memperhatikan hal-hal sederhana
yang sering kautunjukkan
Kau menyukai hujan
Terampil menangkup bias-bias tempiasnya
untuk kausuguhkan
padaku
Saat pilu nyaris meluluhlantakkan
dinding-dinding ketegaranku
Kau menyukai pergantian musim
Lincah menjumputi daun-daun kering
yang luruh terhempas angin
Lalu menguntainya
menjadi mahkota indah
Untuk kausematkan
di atas puncak kepalaku
Sebelum aku hilang
ditelan oleh kebiadaban waktu
Kita begitu dekat
sedekat airmata dan pelupuknya
Tapi aku masih saja geming, diam
tak bersuara seperti arca
***
Malang, 17 Januari 2020
Lilik Fatimah Azzahra
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI