Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novel [24] Goodbye Nightmare! | Interogasi Deborah

3 Januari 2020   04:49 Diperbarui: 3 Januari 2020   04:50 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bag-24

Interogasi Deborah

------

Sepertinya Ron tidak mungkin lagi berbohong untuk menutupi keterlibatannya dengan kelompok sekte itu. Harry dan anak buahnya sudah membongkar semuanya.

Ron lama terdiam. 

Deborah menunggu.

"Baiklah, Deb. Aku akan bercerita padamu. Pict yang dikirim Harry itu memang diriku. Aku pernah bergabung bersama mereka. Tapi setelah aku mengetahui misi mereka yang berseberangan dengan harapanku, aku memutuskan untuk keluar. Juga setelah aku tahu...."

"Lanjutkan Ron."

"Juga setelah aku tahu---mereka mengincar Laquita."

"Jadi benar merekalah penculik Laquita."

"Benar sekali Deb. Semula aku tidak tahu apa rencana orang-orang misterius itu. Tapi begitu nama Laquita disebut, baru aku menyadari."

"Kau ikut dalam misi penyekapan Laquita, Ron?"

"Tentu saja tidak, Deb. Nemo turun tangan sendiri. Ia menyamar sebagai Jeremy."

"Nemo? Siapa dia?"

"Oh, Deb. Bagaimana aku harus menjelaskannya padamu? Sungguh yang kualami dan kulihat berada di luar nalar."

"Kau bebas bercerita padaku, Ron."

Ron terdiam sesaat. Lalu dengan suara agak ragu ia berkata, "Mereka---orang-orang yang kutemui itu memiliki kekuatan supranatural. Kau pasti tidak akan mempercayainya, Deb. Bisa jadi kau menganggapku sedang berhalusinasi--- atau lebih parahnya, aku sudah gila." Ron mengecap ludah.

"Aku percaya padamu, Ron. Ada banyak kejadian di muka bumi ini yang tidak bisa dirunut dengan akal sehat."

"Syukurlah kalau kau berpikiran begitu," Ron kembali menyeka keringat dingin yang bergulir di dahinya.

"Lanjutkan ceritamu," Deborah bersedekap tangan.

"Nemo adalah pimpinan sebuah komunitas sekte sesat. Mereka menjalankan ritual pemujaan-pemujaan dengan mengorbankan organ tubuh manusia yang berhasil disekap."

"Oh, Ron! Jangan katakan Laquita hendak dijadikan salah satu korban pemujaan itu," Deborah menyela was-was.

"Tadinya kupikir begitu. Tapi ternyata tidak. Khusus Laquita mereka memiliki tujuan tertentu."

"Apa itu?"

"Mereka menyebutnya keabadian."

Deborah tiba-tiba merinding. Ia pernah membaca kisah semacam ini. Tapi ia lupa di mana dan dari buku apa.

"Jadi kau sempat bertemu Laquita, Ron?"

Ron mengangguk.

"Lebih tepatnya melihatnya, Deb. Aku tidak berani mendekatinya. Sebab Laquita dijaga ketat oleh anak buah Nemo. Lagi pula aku tidak ingin Laquita mengenaliku. Ia bisa marah besar jika mengetahui aku berada di sana."

Deborah mengangguk. Ia sangat memaklumi posisi Ron.

"Tapi kau yakin Laquita baik-baik saja, kan, Ron?"

"Iya, Deb. Laquita---ia baik-baik saja."

"Lantas di mana ia sekarang?  Ketika anak buah Harry menggerebek gedung tua itu, mereka tidak menemukan keberadaan Laquita."

"Laquita---ia saat ini berada...."

Belum sempat Ron melanjutkan kalimatnya, tiba-tiba sebuah bayangan melesat di hadapan mereka.

Deborah terkejut.

Tapi Ron tidak.

"Ron...kau lihat apa itu tadi?"

Ron mengangguk. 

Lalu dengan kalem ia berkata, "Jeremy, Deb. Ia sudah membawa pergi Laquita."

***

"Membawa pergi Laquita? Membawa ke mana?" Deborah bertanya panik.

"Aku tidak tahu. Tapi aku berani merekomendasikan hal ini. Bersama Jeremy, Laquita kujamin aman."

Usai berkata begitu, Ron menarik napas panjang. Ia menatap Deborah sejenak.

"Deb, tiba-tiba aku merasa sangat mengantuk."

"Tidak, Ron! Kau harus menahan rasa kantukmu. Aku belum puas bertanya padamu."

***

Dari keterangan Ron, Deborah mengetahui banyak hal. Gadis itu sudah sampai pada satu kesimpulan bahwa dugaannya selama ini benar. Bahwa ada hubungan keterlibatan antara Martin dan Inta.

"Orang yang kulihat malam itu di hutan pinus memang Martin dan perempuan bernama Inta itu. Mereka membicarakan tentang rencana-rencana. Aku sempat mendengar, perempuan itu minta pada Martin untuk segera membereskan semuanya." Ron menceritakan apa yang diketahuinya.

"Martin sudah ditangkap oleh anak buah Harry, Ron. Subuh tadi. Ia ditemukan pingsan di tengah hutan pinus itu. Entah apa penyebabnya."

"Syukurlah. Pemuda itu amat berbahaya. Ia membawa senjata api," Ron teringat kembali bagaimana Martin menodongkan pistol tepat di ulu hatinya.

"Aku harap jika Harry memintamu untuk menjadi saksi atas hilangnya Laquita dan juga keberadaan kelompok sekte sesat itu, kau tidak keberatan."

"Tentu Deb. Pasti kulakukan. Sekarang apa boleh aku pamit istirahat sejenak di kamarku?"

Deborah kali ini mengangguk. Ia kasihan melihat Ron tampak tegang dan kelelahan.

Dan Ron pun melangkah lunglai meninggalkannya. Mata Deborah mengikuti punggung Ron hingga menghilang di balik pintu kamarnya. Kemudian gadis itu berbalik dengan langkah ringan menuju lift.

Di dalam lift Deborah mengeluarkan ponselnya. Ia segera menghubungi Harry yang sudah menunggunya di suatu tempat yang sangat mereka rahasiakan.

Bersambung....

***

Malang, 03 Desember 2020

Lilik Fatimah Azzahra

Kisah sebelumnya: Novel 23

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun