"Jadi kau juga mencurigainya?" Deborah bertanya pelan. Pria gagah di hadapannya itu mengangguk.
"Tapi kita tidak boleh terburu mengambil kesimpulan. Semua butuh bukti otentik. Oh, ya. Apa yang kau temukan di sekitar gedung tua di lereng lembah itu?"
Deborah beringsut. Membetulkan letak duduknya.
"Aku tidak berani melanjutkan rasa penasaranku. Ada lorong gelap yang membuat langkahku berbalik kembali ke penginapan."
"No problem. Anak buahku bisa melanjutkan penyelidikan."
"Sepertinya bangunan tua itu sudah tidak terpakai. Dan dimanfaatkan untuk gudang."
"Bisa jadi begitu," pria itu melirik arloji sekilas. "Kukira kita harus segera menyudahi pertemuan ini. Kembalilah ke kamar gadis itu. Kau berani bukan?"
Deborah mengangguk.
Keduanya sama-sama berdiri. Pria kekar di hadapannya itu meraih tangan Deborah. Meremasnya sebentar, lalu berkata, "Jangan matikan ponselmu. Karena sewaktu-waktu aku akan menghubungimu."
Sekali lagi Deborah mengangguk. Â Â
***