Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Kendedes "Manjing"

8 Desember 2019   04:06 Diperbarui: 9 Desember 2019   21:08 587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:https://autumnskyline.wordpress.com/

"Kau percaya apa pun yang aku katakan, Nyai?" Ken Dedes melontarkan sebuah pertanyaan sebelum ia memulai kata-katanya. Nyai Gayatri spontan mengangguk.

"Sekalipun menurutmu apa yang kukatakan itu sebenarnya tidak benar?" sorot mata tajam Ken Dedes menembus tepat pada ulu hati sang abdi dalem, membuat perempuan paruh baya itu gugup.

"Tidak perlu takut, Nyai. Aku hanya ingin memastikan, bahwa sekalipun peradaban telah berubah, watak manusia tidak akan pernah bisa berubah. Khususnya bagi mereka yang terlalu mencintai pekerjaannya dan juga---tuannya." Ken Dedes menyentuh punggung perempuan tua itu. Lalu merogoh kemben, mengeluarkan sekeping logam emas.

***

Derap kaki membuat Ken Dedes tergesa menggeser daun pintu. Dilihatnya Tunggul Ametung---suaminya, sudah berdiri di hadapannya dengan wajah kuyu.

"Perang membuatku lelah, Dinda," Tunggul Ametung menghempaskan diri di atas kursi. Ken Dedes hanya diam.

"Kau tidak kecewa padaku, kan, Dinda? Meskipun---sejak memboyongmu kemari aku belum sempat menyentuh tubuh molekmu." Tunggul Ametung memejamkan mata. Tidur.

***

Pertemuan itu jauh-jauh hari sudah direncanakan. Bukan secara kebetulan. Ia yang menyuruh Ken Arok bekerja menjadi tukang kuda milik suaminya. Ia pula yang meminta pada suaminya, Akuwu Tunggul Ametung agar bersedia menerima anak angkat Ki Bango Samparan itu.

Jadi siapa sebenarnya yang jatuh cinta terlebih dulu? Pemuda itu ataukah dirinya?

Lagi-lagi Ken Dedes tersenyum. Dengan kekuasaannya mudah saja baginya untuk mewujudkan segala keinginan. Semudah membalikkan telapak tangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun