***
Masih tersisa waktu cukup panjang untuk mempersiapkan diri tampil sebagai Ken Dedes. Neswari menggeser kursi tepat di depan cermin. Dan cermin buram yang menempel pada dinding terbuat dari gedhek itu sesekali bergoyang.
"Sampai kapan wajah ini dititipkan padaku?" Neswari bertanya pada dirinya sendiri. Lalu mendekatkan muka nyaris menyentuh cermin.Â
Seekor cicak yang merayap berhenti mendadak. Tepat di pojok kanan cermin seolah ingin mengatakan sesuatu.
Plup!
Neswari menjentikkan ujung jemarinya. Menghalau cicak yang menatapnya tak berkedip. Cicak itu terkejut dan melarikan diri dengan ekor melenggak-lenggok tak beraturan.
"Kau selalu saja mencampuri urusanku, Kanda Ametung! Penyamaranmu merupa cicak kali ini terlihat sangat konyol," Neswari bergumam kesal. Bersamaan dengan itu terdengar musik gamelan mulai rampak ditabuh.
Neswari mengamati sekali lagi wajahnya yang terpantul di dalam cermin. Pada menit kesekian mata sayunya terkatup. Dan, tiba-tiba sepasang tangan tak terlihat menariknya masuk menembus ke dalam cermin.
***
Tubuh kurus itu terhempas dengan keras di suatu tempat. Kain sarung yang lusuh telah berganti dengan busana indah gemerlapan.
Ken Dedes telah manjing!