Love for Anything (LFA)
Kepada, Perempuan Berkalung Belati
Detak waktu, nyaris menyentuh titik keduabelas bilik cemburu!
Larik-larik itu mendekam diam di batang otakku. Mengusik perapian rindu yang sejak dulu membeku.
Di antara beliung dendam yang menoreh bilur-bilur lebam.
Di antara palung kejam yang tak henti merajam ingatan.
Kuhamparkan sehelai lupa di atas peraduan senja.Â
Tentang tunggu yang rela mereguk pilu. Tentangku. Tanpamu.
-----
Tuan Zaldy, telah kuterima kabar angin itu. Tentang senja yang tak henti memasungmu. Tentang senja yang selalu ingin kaunikahi. Setiap hari.
Juga telah sampai kepadaku, sepucuk surat sunyi itu. Yang kautitip pada seekor anak cheetah. Yang di setiap tepiannya kaulumuri dengan sepercik darah. Sebagai peringatan; bahwa hatimu tak akan pernah teralihkan. Dari senjamu yang menawan. Dari senjamu yang kesepian.
Tuan Zaldy, di penghujung surat yang baru saja tuntas kucermati, izinkan kutorehkan selarik kalimat berselimut harap ini. Aku, ingin membunuh senjamu itu! Agar pandanganmu sejenak tertuju kepadaku.
Tapi apa aku mampu?
(Tetiba langit bersengkayug. Berebut menjatuhkan bulir-bulir airmata.)
***
Malang, 06 Desember 2019
Lilik Fatimah Azzahra
*Bersengkayung (Bahasa Melayu) = melingkar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H