Berapa kali sudah aku ingin membunuhmu, Daeng? Tidak terhitung. Kadang aku membubuhkan sepercik racun di sela-sela senyum manis yang sengaja kusuguhkan. Berharap saat engkau datang mencium bibirku, tubuhmu terkapar, kaku dan meregang.Â
Kadang aku membabi buta menghujamkan belati di sekujur tubuh perkasamu. Merobek jantung dan perutmu hingga isinya memburai dan tercecer di pelataran.Â
Namun apa kaubilang, Daeng? Sayang, sakit ini sungguh sangat kunikmati.
Daeng. Lantas dengan cara apa aku mesti membunuhmu kini? Jika racun yang kusuguhkan tak mampu lagi bereaksi. Jika belati tajam tak kuasa menghujam rajam tubuh dan hatimu. Jika diri ini tetiba saja ingin jatuh dalam hangat pelukanmu.
***
Malang, 17 November 2019
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H