Sepertinya sudah saatnya kita duduk berdua di beranda. Bicara tentang apa saja. Utamanya tentang hal-hal indah yang pernah membuat kita saling jatuh cinta.
Biar aku dulu yang membuka kata. Bahwa, dulu aku begitu mengagumimu. Merindukan senyum yang terpancar dari binar-binar indah matamu. Dan berharap di saat malam mulai mengatupkan daun jendelanya, engkaulah yang pertama singgah di sepanjang mimpi-mimpi yang kuuntai dan kureka.
Kini, saat rasa itu mulai kehilangan kepercayaan, barangkali sudah saatnya kita duduk saling berhadapan. Bertukar pandang di bawah rona senja nan temaram. Menitip rindu dan juga senyum yang dulu pernah erat kita rengkuh dan kita genggam.
Sekarang, tiba waktunya engkau yang bicara. Ungkap saja segala resah yang mengendap dan menyesak di dalam dada. Kupastikan, aku akan duduk diam tak beranjak, mendengarkan baik-baik apa-apa yang kauingin dan kauhendak.
Karena begitu seringnya kita melupakan, bahwa mendengarkan adalah salah satu cara bagaimana semestinya kita menjaga dan merawat keberadaan cinta.
Sepertinya, sudah saatnya kita duduk berdua di beranda. Menata kembali serpih-serpih rasa yang terlepas dari ujung mata rantai pengikatnya. Usah lagi beri ruang atau kesempatan. Pada yang lain, selain aku. Yang berkali hendak menyusup di hatimu.Â
***
Malang, 06 Oktober 2019
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H