Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Ketika Rindu Berulah

10 Juli 2019   03:27 Diperbarui: 10 Juli 2019   03:40 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: pinterest.com

Ketika rindu berulah, senandung malam tak lebih dari sekadar igauan sunyi belaka. Meski bulan perawan sesorean telah berdandan memamerkan kemolekan dan keindahan tarian birahinya. Serta jajaran bintang tak henti berlomba mempersembahkan kerling paling menawan yang dimilikinya, rindu tetap saja sibuk berprasangka. 

Bahwa tanpa kepastian kapan ia dan tuannya dipertemukan, maka baginya dunia hanyalah reremahan dari keping-keping rasa hampa.

Ketika rindu sampai pada batas zona kesabarannya. Ia memilih berdiri di puncak gunung paling tinggi. Memunguti sepi yang berjatuhan di atas lembar pipi-pipi daun Mahoni. Membiarkan hypotermia membekukan perih di sekujur tubuhnya. Mempersilakan maut datang menjemput sebelum tiba waktunya.

Dan, ketika rindu memutuskan untuk kembali berulah. Tak perlu lagi saling melempar tanya. Siapa sesungguhnya di antara kita--aku atau kamu, yang paling bertanggungjawab atas kematian rindu.

***

Malang, 10 Juli 2019

Lilik Fatimah Azzahra

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun