Berderet kalimat telah kusemat pada dinding-dinding waktu. Bacalah! Jika memang hatimu peka, maka akan engkau rasa betapa dahsyat tekanan vibrasinya.Â
Pena di tanganku senantiasa menorehkan jalinan indah tentangmu. Itu menunjukkan betapa aku tak pernah bisa berhenti mencintaimu.
Bertumpuk diksi yang menari di pelataran puisi, sudahkah engkau resapi? Jika benar dirimu adalah pengamat kata-kata maka tak perlu banyak bertanya, mengapa semua yang kureka tertuju hanya kepadamu saja.Â
Syahdan, berjuta perasaan memilih terjebak di seputaran almanak hari. Meski pagi tak kunjung memberi penghiburan, siang terlalu bimbang menyulut sepercik harapan. Senja pun mengaku tak kuasa menggapai asa. Dan malam menyerah di penghujung gulitanya tersebab tak mampu lagi menidurkan hati yang terlanjur dikuasai sunyi.
Entah mengapa di setiap udara yang kuhela engkau masih saja menjelma menjadi barisan puisi cinta tanpa bisa kucegah.
***
Malang, 13 Juni 2019
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H