Mendadak jantungku berdegup tak beraturan mendengar ucapan Rani. Aku segera membuang pandangan ke luar jendela. Ada gerimis yang berusaha kutahan yang tiba-tiba ingin meluncur dari kedua mataku.
"Mereka merindukanmu, Mbak. Ayah dan Ibu kita. Besok kita pulang sama-sama, ya? Mas Rangga pasti senang mendengar kabar ini. Kalau biasanya ia menemui kedua mertuanya seorang diri, tahun ini ada yang menemani..." Rani mendekatiku. Menyerahkan Aisyah ke dalam pelukanku.
"Mas Rangga? Jadi selama ini setiap lebaran dia pulang menemui Ayah dan Ibu?" aku terperangah.
Rani semakin melebarkan senyumnya.
"Itulah payahnya dirimu, Mbak. Beruntung suamimu adalah laki-laki yang baik. Dia selalu sungkem di hadapan Ayah dan Ibu. Memintakan maaf untuk istrinya yang keras kepala!"
Aku tergugu.
Anak macam apa aku ini? Istri dan Ibu macam apa pula aku ini?
Bergegas aku meraih kopor kecil di sudut kamar. Sembari masih menggendong bayi mungilku, aku mengeluarkan beberapa pakaian dari dalam lemari.
"Rani, bantu Mbak Ayu berkemas. Kita pulang sekarang!"
***
Malang, 23 Mei 2019