Suatu pagi, Â kita pernah berhasil menangkap kupu-kupu yang terbang menari di pelataran. Aku memegang ujung sayap sebelah kanan. Dan engkau mencengkeram erat pangkal sayap sebelah kiri. Kala itu kita meyakini bahwa semasing hati diciptakan Tuhan memang untuk saling melengkapi.
Suatu siang, kita pernah berkejaran di tengah deru derasnya hujan. Menjumputi satu persatu tempias rinai yang luruh berjatuhan. Meletakkannya di dalam sebuah bejana. Lalu saling memberi kesempatan, untuk kita bergantian meneguknya.
Saat itu kita begitu percaya. Dua hati yang saling menggenggam cinta, energinya sungguh amat luar biasa.
Suatu senja, kita pernah mengaduk secangkir kopi di beranda. Tapi jemari tak lagi saling bersentuhan. Bibir-bibir pun enggan berpagutan. Ada apa? Kemana perginya getar-getar cinta?
Sampai suatu ketika, kita pernah merasa begitu kehilangan. Ketika mata dan hati tak lagi saling memperhatikan. Tahukah kau? Ada sisa ampas kopi di sudut bibirku. Tidakkah kau, ingin menyekanya dengan satu saja kecup terhangatmu?
***
Malang, 09 Maret 2019
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H