Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Abah Mencari Cinta

8 Maret 2019   19:04 Diperbarui: 8 Maret 2019   19:41 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Empat puluh hari sudah Umi berpulang. Abah mulai meninggalkan masa berkabung. Seperti biasa Abah selalu bertandang ke rumahku yang berjarak hanya beberapa meter dari kediamannya. 

Abah memang sudah menganggapku seperti anak sendiri. Meski Abah sebenarnya mempunyai beberapa anak kandung yang sudah mapan kehidupannya. Tapi entah mengapa, Abah lebih sering bersamaku daripada berkumpul dengan anak-anaknya itu. 

Kami---aku dan Abah, biasanya duduk-duduk di beranda rumah sembari mengobrol santai. Mengobrol tentang apa saja. Tentang warisan Umi yang jumlahnya ratusan juta. Tentang rencana pemugaran masjid yang membutuhkan dana tidak sedikit. Bahkan yang lebih gres, tentang keinginan Abah untuk segera mencari pengganti Umi.

"Aku ingin menghabiskan sisa hidupku untuk ibadah, Pur. Aku ingin ada yang menggantikan posisi Umi-mu," begitu alasan Abah setiap kali menyampaikan keinginannya.

"Niat yang baik pasti diijabahi Allah, Abah. Tapi, apakah Abah sudah memiliki Capris?" aku bertanya serius sembari menyuguhkan secangkir kopi tanpa gula.

"Capris?" Abah mengernyitkan dahi.

"Calon pengganti istri," aku menegaskan.

"Oalah. Ya sudah toh, Pur. Bahkan sebelum Umi-mu meninggal. Eh, maksudku, setelahnya!" Abah meraih cangkir kopi dan menyeruput isinya sedikit.

"Saya ikut senang mendengarnya, Abah," aku mengulum senyum. Abah pun ikut tersenyum. Wajah tuanya tampak sumringah. Menggambarkan betapa suasana hatinya saat itu tengah bahagia.

Sementara aku, jujur merasa penasaran. Siapa sebenarnya calon pengganti Umi yang  diam-diam telah dibidik oleh Abah?

"Boleh tahu calon Abah orang mana?" tanyaku tak dapat menahan diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun