Perempuan-perempuan lugu pedesaan. Berpose menantang di lereng-lereng gunung dan perbukitan. Menyingkap kain panjang hingga batas betis. Menyiangi tanah sengkedan berlapis-lapis. Membawa pulang setumpuk hijau rerumputan. Demi mengenyangkan perut-perut ternak peliharaan.
Para lelaki dusun yang perkasa. Bergaya ceria di depan kilau lensa sang maha surya. Sibuk menyemai tunas dan benih-benih. Memupuk harapan tak kunjung henti. Duhai, tumbuhlah segera tetuwuhan. Bulir-bulir padi montoklah berisi. Demi mengenyangkan perut-perut anak negeri.
Perempuan-perempuan jelita di sepanjang tanah pesisir. Berlatar belakang panorama buliran pasir. Merajut jala-jala asa. Mengemas kepingan doa-doa. Menaklukkan pusaran angin. Meredakan amarah dingin. Mengantar para suami berangkat menuju laut. Demi meredakan banyak perut agar tidak lagi ribut menuntut.
Para lelaki digdaya. Tak gentar berdiri di atas hampar luas samudera. Menebar keramba. Melepas waring-waring. Dengan bias senyum senantiasa tersungging.
Potret indah negeri pujaan. Akankan tercabik oleh durjana dan keserakahan?
***
Malang, 27 Februari 2018
Lilik Fatimah Azzahra
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H