Dulu. Dulu sekali. Sebelum hujan dinobatkan sebagai lemari kenangan. Ia hanyalah sebuah cermin. Tempat berkaca ratu bidadari. Di setiap kali ia usai mandi.Â
Sampai di suatu hari. Pangeran bumi tersesat di taman sari. Bersualah ia dengan mahluk indah nan jelita. Kekasih hati Sang Brahmadewa.
Dan, terjadilah hal yang ditabukan. Ratu kahyangan mengaku tertawan pada pangeran yang berdiri kebingungan.
Cinta adalah kesetiaan. Seberat apapun rayu dan godaan. Pangeran harus mampu menyingkirkan.Â
Ada kekasih yang sabar menanti. Ada hati yang tak hendak disakiti.
Cinta adalah keniscayaan. Penolakan adalah seburuk-buruk penghinaan. Maka dikutuklah pangeran bumi. Dijadikan ia gantungan kunci.
Di bumi. Air mata kekasih. Bercucuran. Melantun pilu mengibakan.
Brahmadewa mendengarnya. Amarahlaya pecahlah sudah. Cermin di dinding retak seketika. Menguar ke udara. Merupa serpihan-serpihan kristal. Menjelma menjadi butiran hujan.
***
Malang, 16 Februari 2019
Lilik Fatimah Azzahra