Usah kautanyakan, untuk apa aku bersusah payah mencuci sajak-sajak di musim hujan dengan kucuran air kendi. Sajak yang terluka oleh sabetan pena para pemuisi. Yang menasbihkan diri tak akan pernah berhenti merompak dan melanun sunyi.
Usah kaupikirkan, demi siapa aku berlelah-lelah mendetoksifikasi puisi yang terkontaminasi oleh toksin diksi-diksi. Meskipun hatiku sendiri tak henti merintih. Meminta untuk dikasihani. Mengiba agar segera dibebaskan. Dari candu asmara yang melenakan dan lebam rindu yang mematikan.
Sekali lagi usah kautanyakan untuk apa dan demi siapa semua kegilaan ini kulakukan. Sebab tak akan kautemukan jawaban. Akan kusimpan dulu segala pertanyaanmu. Sampai engkau datang menjemputku.
----
Sepatumu, masih terlelap di atas bantalku.
***
Malang, 25 Januari 2019
Lilik Fatimah Azzahra
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI