Di hitungan angka keberapa aku harus berhenti? Memunguti remahan sisa-sisa mimpi. Demi menemukan potongan puzzle yang hilang tercuri.Â
Hilang untuk ditemukan, atau temu untuk dihilangkan.
Ah, para penyair memang selalu semena-mena. Menyihir dan menjungkirbalikkan kata-kata. Kata-kata yang semula tersusun rapi di ruang benak. Menjadi kacau balau dan teracak-acak.
Lalu mereka mengklaim seenaknya, itulah puzzle!
Aku baru saja menemukan pecahan bulan. Jatuh meretak di atas pangkuan. Pada malam dini hari ketika aku baru saja merasa kehilangan.Â
Aku melihat separuh hatimu di sana. Sedang mengeja cinta. Sementara separuhnya lagi, tertinggal jauh entah di mana.
Ini puzzle-ku!
Menemukan kembali hatimu utuh, itu janjiku!
***
Malang, 18 Januari 2019
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H