Bagimu pagi tak lebih dari sebuah pergumulan untuk menaklukkan matahari. Mengenakan sepatu setengah berlari. Kadang lalai mengaitkan salah satu temali. Kau tak peduli.
Bagimu siang tak lebih dari hati yang membangkang. Setengah pecundang. Sepatu lantas kautendang sebagai pelampiasan. Kemudian kaukenakan lagi. Meski salah pakai. Tertukar antara sepatu kanan dan kiri.
Bagimu petang adalah perlambang. Untuk bergegas pulang. Menggiring langkah menuju rumah. Dengan sepatu yang tak jelas lagi bentuknya.Â
Bagiku, mempercayaimu adalah hal yang paling berat. Sebab kau tak lebih jujur dari sepasang sepatumu itu. Kau---Â bangsat!
***
Malang, 17 Januari 2019
LFA
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H