Pagi ini saat membuka mata, di atas bantal, seorang istri mendapati sepucuk surat cinta. Dari suaminya.
----
Assalamualaikum...
Selamat pagi duhai, Adindaku. Ketika aku menggoreskan pena ini, malam masih belum tuntas melaksanakan tugas. Dan engkau masih tertidur di sampingku dengan pulas.Â
Kupandangi wajahmu yang jelita namun pias. Aku terharu. Aku tahu. Setelah seharian menunaikan kewajiban tentulah engkau merasa amat kelelahan.
Adinda sayang, permata hatiku seorang. Â
Semakin kupandangi wajahmu, semakin bergetar sendi-sendi di sekujur tubuhku. Hampir tak kupercaya. Allah telah begitu baik menghadirkanmu sebagai kado terindah. Dalam hidupku. Hidup seorang lelaki biasa. Lelaki sederhana yang tidak memiliki harta melimpah ruah.
Masih terkenang masa-masa di mana aku menatapmu dengan sepenuh cinta. Lalu memberanikan diri mengemukakan tanya,"Dengan apa aku harus meminangmu?"
"Pinang saja aku dengan hamdallah..." jawabmu tanpa bimbang atau ragu.
Duhai Adinda pemilik mata secerlang bintang kejora. Kiranya engkau adalah jawaban atas tulusnya doa-doa. Yang kupanjatkan di setiap usai ibadah. Dalam khusu aku tak lelah meminta. Memohon senantiasa kepadaNya. Agar jika saatnya tiba. Allah mempertemukanku dengan perempuan solehah, yang senantiasa memegang iman di dadanya. Yang akan menjadi ladang hasrat dan sahwatku. Persemaian cinta halalku. Dimuliakan menjadi ibu bagi anak-anakku.Â
Wahai pemilik hati seharum bunga kesturi. Sengaja kuletakkan surat cinta ini amat dekat di sampingmu. Sebagai ungkapan hati seorang suami yang mencintai sungguh tiada terperi.Â