Telah kupunggungi pagi hanya karena ia menawarkan wangi kemangi kepadamu. Telah kuenggani siang tersebab ia membagi terik demi menarik perhatianmu.Â
Aku tak suka senja yang membuatmu berdiri berlama-lama tanpa kau sempat mengedipkan mata. Juga, aku tak rela malam memelukmu di balik jubah hangat yang membuatmu menciptakan mimpi-mimpi tentang entah.
Semua sudah kukatakan. Tak ada yang kusembunyikan.
Lalu?
Selesai.
Seperti yang sudah-sudah. Ketika langit biru tiba-tiba menyapukan warna jelantah. Dan membiarkan murung sebagai pengganti kata, ya, sudahlah!
Mauku apa?
Tidak ada!
Aku hanya menyesal tak mampu membunuh cemburu, cemburu, dan cemburu yang datang berulang.Â
Itu saja.Â
Setelahnya. Aku tak ingin menoleh lagi ke belakang.