Lantas, apakah dialog itu sama artinya dengan percakapan?
Tentu saja tidak. Dialog dan percakapan adalah dua hal yang berbeda. Dialog adalah sesuatu yang dibangun; sifatnya artifisial; dan hasilnya jauh lebih efisien dan lebih mudah dipercaya ketimbang percakapan biasa.
Jadi selain menghidupkan suasana dan penopang sebuah cerita, dialog mampu mengeleminasi percakapan-percakapan yang tidak penting dan mengusir gangguan irelevansi yang sering kita alami di dalam dunia nyata.
Sedang tujuan terpenting dari dialog yang dimunculkan dalam sebuah karya fiksi adalah untuk mengupas psikis karakter setiap tokoh yang dihadirkan serta berupaya menggerakkan cerita ke arah kesimpulan yang dramatis.Â
Hanya dengan membaca dialog antar tokoh satu dengan tokoh lainnya, kita bisa menganalisis masing-masing karakter yang ada di atas panggung sebuah karya fiksi.
Mari kita perhatikan dialog antar tokoh berikut ini.
"Kau bedebah, Jo! Seharusnya kau mendengar semua perintahku!" Pak Lukman menghardik bawahannya, Joshua.
"Maafkan saya, Pak Lukman. Sekalipun Bapak adalah atasan saya, jika perintah yang Bapak sampaikan berseberangan dengan hati nurani, maka saya wajib menolak," Joshua menatap Pak Lukman. Tanpa sedikit pun gentar.
Dari dialog yang terjadi antar dua tokoh di atas, efektifitas dan efisiensi kalimat lebih terasa--lebih hidup dan tidak membosakan ketimbang ditampilkan dalam bentuk narasi berkepanjangan. Pembaca bisa langsung menebak perbedaan karakter tokoh antara Pak Lukman dan Joshua. Pak Lukman bertemperamen keras. Sedang Joshua tenang namun tegas.
Bagaimana? Apakah Anda sudah mempersiapkan dialog yang menarik dalam karya fiksi yang sedang Anda tulis hari ini?
***