Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Luka Terindah Hawa untuk Adam

11 November 2018   19:00 Diperbarui: 11 November 2018   19:32 1133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:juniorelders.co.ke

Bukan bermaksud mencari-cari kekurangan Hawa. Adam hanya merasakan, akhir-akhir ini istrinya itu sering melakukan hal-hal yang aneh.

Seperti kemarin, ia memergoki Hawa sibuk mencairkan segenggam garam. Lalu meminumkannya kepada ayam-ayam peliharaan mereka.

"Dengan begini, kita akan memanen banyak telur asin..." lagi-lagi Hawa menatap wajah suaminya dengan mata berkejap-kejap indah.

Lantas apakah ayam-ayam itu tiba pada masa bertelur benar-benar menghasilkan telur yang rasanya asin?

Tentu saja tidak!

Atau---kemarinnya lagi. Sebelum berangkat mencari kayu bakar, Adam melihat istrinya itu tengah menelan beberapa butir biji kurma. Ketika Adam panik mengkhawatirkannya, Hawa malah membelalakkan matanya yang indah sembari berkata, "Tenanglah suamiku. Ini cara terbaik untuk menanam buah kurma. Kita tunggu beberapa hari, pasti pohon kurma akan segera bertunas dan tumbuh di kepalaku."

Dan masih banyak hal-hal lain yang membuat Adam mesti berkali-kali menggeleng-gelengkan kepala.

Sebenarnya sudah beberapa kali Adam berusaha menjelaskan secara logika, memberitahukan segala sesuatu yang semestinya. Agar istrinya itu paham dan mengerti.

Tapi sepertinya Hawa agak sedikit kurang tanggap dengan pelajaran-pelajaran yang disampaikan oleh suaminya.

Dan mengenai pohon kurma yang disinyalir bisa tumbuh di kepala, terpaksa membuat Adam bergegas pergi menemui Tuhan. Ia ingin menanyakan sesuatu berkenaan dengan diri Hawa.

"Tuhan, mengapa Engkau menciptakan Hawa sedemikian rupawan?" Adam bertanya bersungguh-sungguh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun