Perihal aku memilihmu. Tersebab ketika langit disaput mendung. Kau tidak menyuruhku murung. Kau rajut sayap elang. Tuk melukis tawa riang. Kau bilang, bahwa mendung tak selamanya berkisah tentang hati yang dirundung malang.
Perihal aku memilihmu.Tersebab saat hari diguyur hujan. Kau tidak memintaku bersembunyi. Kau malah mengajakku menari di tengah derasnya rinai. Kau katakan, hujan adalah anugerah. Tak selamanya berkabar duka lara.
Perihal aku memilihmu. Tersebab ketika aku cemburu. Kau sangat menjaga perasaanku. Seperti awan menjaga bulan. Pendulum menjaga waktu. Kau tanam keniscayaan. Agar aku yakin dan percaya. Bahwa cinta itu memahami. Bukan serta merta  ingin menguasai.
Perihal aku memilihmu. Tersebab ketika aku rindu. Kau tak segan melukis senja. Melaburnya sedemikian indah. Dengan warna-warni yang berbeda. Lalu kau jemput aku. Dengan kereta angin. Menuntaskan segala ingin. Berdua menikmati udara dingin. Hingga senja berpamit pergi. Lalu kau bisikkan, usah khawatir, esok senja pasti kembali hadir.
Perihal aku memilihmu. Tersebab ketika aku goyah. Kau rela menjadi yang pertama. Meminjamkan punggung tuk bersandar. Demi melepas segala gusar. Serta membuktikan bahwa aku tak sendiri. Ada hatimu yang selalu siap menemani.Â
Perihal aku memilihmu? Inilah jawaban terakhirku. Tersebab aku tahu. Tuhan menaruh iba kepadaku. Dengan mendengar doa-doaku. Agar aku bertemu mahluk baik sepertimu.
***
Malang, 01 November 2018
Lilik Fatimah Azzahra