Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Aku Ingin Menjadi Ibumu

24 Oktober 2018   05:10 Diperbarui: 24 Oktober 2018   05:41 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:wallpapersfit.com

Matahari baru saja berkata kepada pagi,

aku ingin menjadi Ibumu. Sebab dengan menjadi Ibumu aku bisa memasak rerumputan. Kudapan lezat hewan-hewan. Menggemukkan bernas-bernas padi tuk sarapan sekawanan murai dan kenari. Juga menyiapkan susu sapi bergizi, bagi bayi-bayi. Yang tentu saja sebelumnya telah kuludahi.

Pagi lalu berkata kepada embun,

aku ingin menjadi Ibumu. Sebab dengan menjadi Ibumu aku bisa meninabobokkanmu. Menidurkanmu di atas pucuk-pucuk daun cemara. Memberimu mimpi paling indah dan penuh warna. Juga menghangatkan beningmu yang menggigil diterpa angin utara.

Embun berkata kepada rerumputan,

aku ingin menjadi Ibumu. Sebab dengan menjadi Ibumu aku bisa memandikanmu. Sewaktu-waktu. Membasuh luka hatimu karena beringasnya kemarau. Mencumbu ujung-ujungmu sebagai penawar rindu. Pada hujan yang hingga hari ini tak jua kunjung meluruh.

Rumput berkata kepada angin,

aku ingin menjadi Ibumu. Sebab dengan menjadi Ibumu aku bisa memandumu. Agar engkau tak lagi salah jalan. Seperti saat ini. Seharusnya kau bertiup ke arah timur. Bukan jalur selatan. Akibatnya musim merajuk. Hujan pertama pun enggan bersuluk.

Dan angin berkata kepada hujan,

aku ingin menjadi Ibumu. Yang siap menampung keluh kesahmu. Yang berabad-abad engkau rahasiakan. Yang menjelma menjadi kubangan dalam. Tempat para pecinta menyembunyikan kenangan. Lalu mereka mendewakan. Sekaligus meniadakan. Dan itu sungguh, membuatmu amat sangat kebingungan.

Hujan berkata kepada rembulan,

aku ingin menjadi Ibumu. Yang menyejukkan kegalauanmu. Agar purnama tak lagi datang sekali. Namun hadir berkali-kali. Menjadi penerang bumi yang gulita. Menyajikan pesta alam tak kunjung sirna. Menebarkan aura malam yang bahagia.

Rembulan menemui Matahari,

aku ingin menjadi Ibumu. Sebab dengan menjadi Ibumu aku bisa meredakan amarahmu. Yang menyengat tak tertahankan. Aku akan menyiapkan secawan salju serut. Untuk mendinginkan hatimu yang carut marut. Akibat ulah manusia. Yang mengotori udara semena-mena.

----

Lalu semua berebut ingin menjadi Ibu. Membuat aku yang benar-benar seorang Ibu. Berdiri. Terpaku. Diam. Gagu. 

***

Malang, 24 Oktober 2018

Lilik Fatimah Azzahra

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun