Benar. Aku tidak memintamu pulang. Aku hanya menunggumu datang.
Sesederhana itu keinginanku. Aku memang tidak memintamu untuk pulang. Karena meminta sama artinya dengan memaksa. Dalam arti lain, pulang bisa jadi hanya sekadar persinggahan. Sementara.
Aku hanya menunggumu datang. Itu saja. Sebab dalam menunggu ada semacam pengharapan. Dari pengharapan akan lahir doa-doa. Dan doa-doa itu akan sampai kepadamu, menggetarkan dawai hatimu, meringankan gerak langkahmu.Â
Kelak jika engkau ber-ingin datang. Menuju angin yang kau angan. Jangan lupa bawakan aku. Benih-benih embun yang lembut bening dan lucu. Kan kutanam di samping rumah. Agar saat kubuka jendela. Aku bisa menyaksikannya. Tumbuh dan berkembang sedemikian indah. Mewakili perasaan cinta.
Namun jika engkau berkendala. Oleh sebab yang tak terduga. Cukup kirimkan saja. Satu biji kacang ajaib. Yang sulurnya meliuk sampai ke ujung langit. Agar sewaktu-waktu bisa kupanjat. Tuk sekadar menemu jawab. Atas tanya yang tak terucap.Â
Bahwa nun jauh di sana. Di sebuah tempat tak terlihat. Seorang kekasih berjuang gigih melawan rindu yang sebegitu hebat.
***
Malang, 13 Oktober 2018
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H