Kalaulah ingin pulang aku memilih pulang menuju hatimu. Di mana di sana kutemukan begitu banyak jendela. Jendela-jendela itu menghadap ke seluruh penjuru mata angin. Yang akan membuatku bebas memilih kisah yang kumau dan kuingin.
Pada jendela yang menghadap ke arah matahari terbit. Aku melihat begitu banyak bulan sabit. Barangkali pada ujung-ujungnya yang lancip aku bisa menitip kenanganku yang paling pahit.
Pada jendela yang menghadap ke arah matahari terbenam. Aku melihat begitu banyak gugusan bintang. Kuakan ambil satu yang paling cerlang. Kusematkan di biji mataku. Agar bisa menjadi penerang. Di jalanku yang selama ini tersungsang-sungsang.
Pada jendela yang menghadap ke arah selatan. Aku melihat begitu luas hampar lautan. Aku ingin menyelam bersamamu. Mengarungi ceruk paling dalam. Hingga aku lupa. Betapa hidupku selama ini begitu lelah.
Pada jendela yang menghadap utara. Aku melihat kupu-kupu dan bunga-bunga. Saling berpagut menderaskan cinta. Aku akan memetik sekuntum untukmu. Bunga sepatu. Kan kuselip di sebalik dadamu.Â
Sekarang aku masih di perjalanan. Menghadapi begitu banyak rintangan. Kelak jika aku sudah pulang. Jemput aku di ambang pintu. Sambut aku dengan sepenuh rindumu.
***
Malang, 17 September 2018
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H