Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Senja yang Cemburu

3 September 2018   06:41 Diperbarui: 3 September 2018   08:07 1454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:www.pixabay.com

Entah sudah berapa kali senja mengaku cemburu. Pada langit yang tetiba saja pergi menjauh. Senja menumpahkan kemarahannya lewat bait-bait puisi bersyair dingin. Lalu bersekongkol dengan angin. Bersama-sama merangkai cerita tentang hati yang terbakar ingin.

Petang kembali bergulir. Mengganti peran siang secara bergilir. Senja duduk sendiri mengerucutkan bibir. Getir. Menatap langit yang tiada henti mengumbar mesra. Di depan mata langit semena-mena, memeluk bumi, menghujani dengan ciuman bertubi-tubi.

Senja semakin diamuk amarah. Ia melabur awan dengan rona merah semerah darah. Acak adul di sana-sini. Tiada beraturan. Mewakili perasaan yang tercabik oleh belati kecemburuan.

Di pelataran sunyi, rinai hujan masih riang menari. Sesekali rintiknya tersenyum geli. Menyaksikan asmaragama antara langit dan bumi. Sementara di tepi titian laut, senja bersungut memutuskan melarung segala kalut.

Petang kian tergelincir. Senja sejenak menekur pikir. Haruskah ia tenggelam dalam cemburu buta? Sedang langit sesungguhnya memang tiada menaruh cinta. Jikalau selama ini langit mengakrabinya. Itu tak lebih dari kewajiban cakrawala menghormati antar semesta.

Langit telah menghentikan pencariannya. Senja tak patut lagi mengumbar murka. Biar saja langit bahagia bersama kekasihnya. Sebab dalam lembar takdir yang tersimpan rapi di lemari Tuhan. Langit dan bumi sejak berabad lalu tlah dijodohkan.

***

Malag, 03 September 2018

Lilik Fatimah Azzahra

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun