Dan yang lebih utama, kami bersahabat dari hati.Â
Ada masa-masa di mana persahabatan kami dihampiri oleh kerikil-kerikil tajam yang butuh disingkirkan. Semisal, saya mengalami situasi buntu, yang membuat saya sedih berkepanjangan. Saya pun tak segan menghubungi dia. Meminta segera bertemu dengannya. Dan dia, sama sekali tidak berkeberatan. Meski saat itu saya telah mengganggu jam kerjanya di kantor.
Ketika saya muncul, ia menyambut saya di ambang pintu kantor dengan senyum manis dan membawa saya ke ruang kerjanya. Lalu kami berbincang lama. Mendiskusikan permasalahan sampai menemukan titik terang. Dan sungguh menakjubkan. Dari sosok mungil yang usianya jauh di bawah saya, pikiran saya pecah. Saya bisa pulang dengan hati tenang. Beban berat yang mengganjal perasaan saya menjadi ringan.
Demikian sebaliknya. Ketika ia meminta saya mendengarkan hal-hal yang membuatnya gelisah (jarang sekali sih, sebenarnya), saya dengan senang hati akan menyisihkan waktu. Meski ketika itu saya sedang sibuk mengajar bimbel, saya akan mencuri-curi kesempatan demi bisa berkomunikasi dengannya. Ketika saya merasakan suasana hatinya sudah mencair, barulah saya pamit untuk kembali menghadapi murid-murid saya. Dan kami selalu mengakhiri percakapan dengan tebaran emo tawa riang yang sungguh--berjubel memenuhi kotak inbok kami. Â
Mengukuhkan Misi dan Menyelaraskan Aksi
Kami dipertemukan melalui dunia maya. Dunia di mana rawan akan hal-hal yang tidak menyenangkan. Banyak sekali kejadian buruk menimpa seseorang yang menjalin pertemanan lewat dunia tidak nyata ini. Saya menyampaikan ini karena memang saya pernah mengalaminya. Bahkan sering. Dari pertemanan yang tidak tulus yang mengarah ke soal fulus, sampai ke hal-hal pribadi. Yang pada akhirnya memberikan pelajaran sangat berharga bagi diri saya.
Dan sahabat mungil saya ini tidak henti-hentinya mengingatkan. Memberi masukan agar saya senantiasa berhati-hati. Sebab ia menilai saya ini orangnya kurang tegas. Cenderung lemah. Sehingga mudah sekali dipengaruhi.
Saya mengakui benar akan hal itu. Itulah sebab saya bersyukur Tuhan mempertemukan saya dengannya. Darinya saya belajar banyak. Termasuk belajar bagaimana mengeksekusi orang-orang yang berniat tidak baik kepada saya.
Persahabatan kami tidak melulu berkisar kepada soal curhat mencurhat saja. Tapi juga mengarah ke satu hal. Yakni misi berbagi.
Ya. Di sela-sela waktu tertentu kami membicarakan tentang berbagi. Berbagi sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain.
Salah satu contoh, karena kami sama-sama menggeluti dunia fiksi, maka ketika ide untuk berbagi ilmu kepada adik-adik pelajar SMK yang berminat serius menekuni dunia literasi meluncur, kami berdua gegas mewujudkannya. Tanpa pamrih. Tanpa embel-embel bayaran. Dan dari kegiatan kami tersebut lahirlah buku kumpulan puisi karya mereka---adik-adik pelajar SMK yang kami bidani berdua, di bawah naungan Penerbit Jentera Pustaka.