Saya mengakui dengan senang hati, riang gembira bahwa saya adalah maniak petualangan misteri Tuan Sherlock Holmes. Memang demikianlah kenyataannya. Dan saya tidak bisa berhenti untuk tidak membahasnya. Mata saya akan berbinar-binar setiap kali membicarakan sosok imajinatif karya Sir Artur Conan Doyle ini.Â
Anda boleh percaya boleh tidak, rak buku saya dipenuhi oleh kisah-kisah Tuan Holmes, mulai dari  The  Chopper Beach, Sussex Vampire, The  Three Gables  dan masih banyak lainnya. Bukan hanya itu, laptop saya pun penuh terjejali oleh film-film Tuan Holmes mulai dari yang diperankan oleh aktor jadul sampai aktor paling keren, Benedict Cumberbatch.
Pernah suatu hari anak-anak sampai mengingatkan saya, "Mom, bahaya terlalu nge-fans seperti itu."
Menanggapi kekhawatiran tersebut saya hanya tertawa. Tapi mau bagaimana lagi? Saya sudah kadung jatuh hati kepada sosok yang satu ini.
Bertemu Anjing Setan Secara Tidak Sengaja
Awal mula saya berkenalan dengan Tuan Holmes ketika duduk di kelas 4 SD. Perkenalan itu terjadi secara tidak sengaja. Saya menemukan buku tipis karya Conan Doyle ini saat Ayah saya hendak 'meloakkan'nya. Ya, meloakkannya. Bisa saya bayangkan andai kala itu saya luput memperhatikannya, mungkin hingga kini saya tidak bakal tahu dan mengenal siapa Sir Arthur Conan Doyle dan siapa itu Tuan Sherlock Holmes.Â
Saya patut bersyukur untuk semua karunia ini.
Saya masih ingat (dan barangkali akan terus mengingatnya) bagaimana mata saya saat itu langsung terpaku pada tulisan 'Misteri Anjing Setan' yang tercetak miring. Dan otak saya langsung merespon untuk membacanya.
Riwayat Kemunculan Sherlock Holmes Itu Sendiri
Sebenarnya kisah detektif ini sudah ditulis oleh Sir Conan Doyle sejak tahun 1886 dalam bentuk novel. Namun kurang mendapat respon pasar yang memuaskan.Â
Barulah pada tahun 1891 majalah  The Strand sebuah majalah bulanan yang beredar di Inggris pertama kali, yang mengkhususkan diri menyajikan cerita fiksi baik cerpen maupun serial, memuat karya Sir Arthur Conan Doyle -- A Scandal in Bohemia. Dan kemunculan detektif  Sherlock Holmes mendapat respon luar biasa. Mampu meroketkan oplah majalah  The Strand.  Hal ini membuat Greenhough Smith sang editor  The Strand meminta Sir Arthur Conan Doyle untuk terus menulis cerita pendek dengan tokoh yang sama.