Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kubunuh Ibu karena Tidak Mendongeng Lagi Untukku

3 April 2018   12:06 Diperbarui: 3 April 2018   14:56 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tapi aku ingin Ibu yang mendongeng untukku. Bukan ponsel itu."

Ibu tidak menyahut---lebih tepatnya tidak peduli. Ia segera mematikan lampu sebelum kemudian menutup pintu dan meninggalkan kamar tidurku.

Kau pasti tidak suka caraku memperlakukan Ibu. Hanya gara-gara Ibu tidak mau mendongeng lantas aku tega memotong-motong jari tangannya, memasukkannya ke dalam kantung plastik bekas pembungkus permen dan menyimpannya di bawah bantal. 

Aku yakin kau pasti sudah membenciku. Sangat membenciku.

Pagi sudah merekah. Sudah saatnya aku membuka mata. Aku meraba bawah bantalku. Mencari-cari jemari Ibu.

"Masih belum beranjak, Kaesang?" kudengar suara Ibu. Mengagetkanku.

"Ibu belum mati?" aku mengucek kedua mataku.

"Tentu saja belum. Ibu tidak mau mati hanya gara-gara tidak mau mendongeng lagi untukmu," Ibu tertawa seraya membelai kepalaku dengan jari-jarinya yang masih utuh. Aku melirik ke arah jari-jari lentik itu. Sama sekali tidak terlihat bekas luka atau bercak darah di sana.

"Darimana Ibu tahu aku akan membunuh Ibu?" aku tersipu malu.

"Dari curhatan yang kau tulis di memo ponselmu. Semalam tanpa sengaja Ibu membacanya saat hendak mematikan ponselmu yang masih menyala," Ibu duduk di tepi ranjangku. "Maafkan Ibu Kaesang. Ibu memang sudah lama tidak mendongeng untukmu. Tapi Ibu janji, mulai malam nanti Ibu akan melakukannya lagi."

Kau pasti tidak percaya jika kukatakan ini padamu. Sampai detik ini Ibu masih setia mendongeng untukku. Ibu tidak pernah kehabisan kisah. Ibu mendongeng apa saja. Tidak sebatas dongeng Tiga Babi Kecil atau Kucing Bersepatu Laras.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun