Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cermin | Ketika Mantan Sulit "Move on"

15 Maret 2018   07:42 Diperbarui: 15 Maret 2018   09:06 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semua orang---manusia dewasa khususnya, pasti pernah memiliki mantan dan pernah menjadi mantan. Mantan sendiri posisinya bisa bermacam-macam. Ada mantan guru, mantan murid. Mantan pacar, mantan suami atau istri, dan mantan penguasa...ups!

Menurut KBBI pengertian mantan adalah : bekas pemangku jabatan atau pemangku kedudukan. Jadi, jika Anda pernah menduduki atau memangku suatu jabatan kemudian Anda melepas jabatan itu, Anda bisa dikategorikan sebagai seorang mantan.

Seiring berjalannya waktu, pengertian kata mantan mengalami perluasan makna.

Saya juga seorang mantan. Dan sebagai seorang mantan saya beberapa kali sempat menerima inbok melalui FB maupun nomor Hp seperti ini, "Bu, masih ingat sama saya? Saya mantan murid bimbel Ibu tahun kesekian."

Dalam hal ini mungkin saya telah bertindak sadis karena sudah berhasil  move on  alias melupakan mantan murid-murid saya. Bisa dimaklumi. Terhitung lebih dari lima belas tahun saya berkutat dengan anak-anak yang begitu banyak dan setiap tahun tentu berubah formasinya. Saya hanya bisa mengingat sebagian dari mereka. Itu pun terbatas yang mempunyai nilai lebih di mata saya. Semisal ia---mantan siswa saya itu, adalah anak yang sangat cerdas atau super nakal.

Tak jarang saya dibuat terkejut ketika suatu hari seorang gadis ujug-ujug datang ke rumah saya dan mengaku pernah menjadi mantan siswi saya. Lebih terkejut lagi saat gadis itu minta dirias untuk acara pengantin. Sungguh, butuh waktu lama bagi saya untuk mengingat-ingat kembali siapa gadis di hadapan saya itu, yang telah mengaku sebagai mantan murid saya.

Jika sudah demikian, saya baru menyadari. Alangkah cepat waktu berlalu. Mantan siswi yang dulu masih Balita, masih usia TK, tahu-tahu kini sudah beranjak dewasa dan siap menikah. Pertanda apa ini? Pertanda... dunia semakin tua, eh, bukan, sayalah yang sudah semakin tua.

Tentang mantan murid, saya bisa semudah itu melupakan. Bagaimana jika menyoal mantan orang terdekat (baca: pacar/suami)?

Beberapa pakar mengatakan bahwa  move on  dari masa lalu adalah pekerjaan paling sulit. Butuh waktu lama untuk kembali stabil. Tidak semudah membalik telapak tangan.

Apalagi jika para mantan---termasuk diri kita, masih suka  stalkingsosmed (baca: ngintip) aktifitas yang dilakukan oleh sang mantan. Jauh banget deh dari kata  move on. Yang ada malah baper, kepo dan nyesek di dada.

Lantas akan menyalahkan siapa ketika diri sulit  move on  dari mantan? Menyalahkan Pak Jokowi? Jangan ah. Sebab sulit  move on  dari mantan itu ujung pangkalnya berawal dari diri sendiri. Kita sendiri yang mempersulit keadaan. Bukan orang lain. Jadi tidak perlu dan tidak ada gunanya mencari kambing hitam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun