Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Sepasang Kaki untuk Ibu

27 Februari 2018   15:11 Diperbarui: 27 Februari 2018   16:42 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah lama Ibu meminta padaku untuk membawakannya sepasang kaki. Kaki baru yang bagus, katanya. Sebab kaki yang lama sudah tua, sudah tidak kuat lagi menopang tubuh rentanya.

Aku mengiyakannya. Meski agak lama aku baru bisa meluluskan permintaanya itu. Bukan apa-apa. Kesibukanlah yang membuatku agak mengabaikan.

Aku sesungguhnya tidak benar-benar melupakan permintaan Ibu. Sebab setiap kali melewati tempat itu, aku selalu menyempatkan untuk berhenti, menatap kaki-kaki yang berjajar yang tengah berjemur.  Biasanya aku agak lama berhenti dan berpikir, kaki model apa yang bisa kubawa pulang untuk kupersembahkan kepada Ibu.

Tapi aku selalu gagal. Aku belum berhasil menemukan sepasang kaki indah seperti yang diinginkan Ibu. Kaki-kaki yang berselonjor di sana terlihat kaku dan biasa. Tidak menarik. Dan itu membuatku pulang tanpa membawa apa-apa.

Pagi itu kembali Ibu mengingatkanku. Mengatakan bahwa ia sudah sangat memerlukan sepasang kaki baru.

"Kau tahu Bram. Tanpa sepasang kaki itu aku tidak bisa melanjutkan pekerjaanku. Padahal sebentar lagi musim dingin tiba."

"Tapi aku belum menemukan sepasang kaki yang benar-benar sesuai," aku bergumam. Kurasa Ibu mendengarnya. Sebab ia langsung menyela, "tak apa model kakinya berbeda, Bram. Yang penting masih bisa dipakai untuk berdiri."

"Oh, baiklah. Aku akan segera kembali ke tempat itu," aku bergegas meraih jaket dan topi yang tersampir di belakang pintu.

Hari sudah petang. Ketika aku memasuki area di mana kaki-kaki itu biasa berjemur, seseorang menegurku.

"Aku beberapa kali melihatmu mondar-mandir di tempat ini. Apa yang kau cari anak muda?"

"Oh, Anda mengawasi saya, rupanya. Maafkan saya. Saya sedang melihat-lihat beberapa pasang kaki yang biasa berselonjor di sini. Saya beberapa kali berharap. Bisa menemukan sepasang yang cocok untuk Ibu saya." Aku mengangguk hormat ke arah lelaki tua yang tangannya belepotan cairan berwarna coklat dan baunya sangat menyengat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun