Saya termasuk dalam jajaran generasi old. Jadi kadang masih suka menjelajah ke masa silam. Masa-masa indah saat berlomba main  englek, bermain  dakon, gobak  sodor, petak umpet saat terang bulan, bermain  egrang  dan beradu  layang-layang di musim kemarau atau berseluncur dengan  gethek  gedebok pisang buatan sendiri pada saat musim penghujan.
Jika mengingat beragam permainan tradisional tersebut saya suka baper, merasa betapa bahagia masa kecil saya.
Dakon di masa kecil saya adalah jenis permainan yang paling digemari. Alat yang digunakan cukup sederhana. Kita bisa membelinya dengan harga murah di toko mainan atau di pasar. Bahkan dulu saya dan teman-teman, cukup melubangi tanah lalu mengisinya dengan butiran kerikil atau biji buah sawo kecik.Â
Ilustrasi bermain dakon: www.porosbumi.com
Saya masih belum lupa, saya termasuk pemain lompat tinggi yang handal. Saya bisa melompati jalinan karet gelang sepanjang dua meter yang dipegang oleh dua orang teman saya. Dinaikkan setinggi apa pun saya pasti bisa meraihnya dengan kaki saya. Hampir setiap sore permainan ini kami lakukan di halaman yang cukup luas. Dampaknya sungguh luar biasa. Saya tumbuh menjadi gadis cilik yang sehat, montok dan jarang sakit karena banyak bergerak.
Ilustrasi lompat tinggi : www.medium.com
Saya juga pemain gundu yang sulit terkalahkan, meski saya bocah perempuan. Saya baru bubar bermain jika kantung celana pendek saya sudah penuh oleh butiran benda terbuat dari kaca itu.
Ilustrasi:kisahasalusul.blogspot.com
Bermain layang-layang? Saya salah satu jagonya. Bersama beberapa teman saya suka merakit sendiri layang-layang yang hendak kami adu. Sampai sekarang saya masih suka geli jika mengingat hal itu. Bagaimana bisa saya menaikkan layang-layang sedemikian tinggi di awang-awang dan ikut
sambitan mengalahkan teman laki-laki saya?
Ilustrasi : bloginfoseputardunia.blogspot
Soal bermain petak umpet, ada hal-hal lucu yang sering kami lakukan. Kami paling suka bermain pada malam hari usai pulang mengaji. Untuk mengecoh pemain yang wajib mencari tempat persembunyian kami, biasanya kami bertukar baju. Dengan begitu sang pencari akan salah menyebut nama kami, dan akibatnya ia akan terus menjadi pencari sampai kami menyatakan permainan dibubarkan.
Ilustrasi petak umpet: kreatifkitaa.blogspot.com
Saya juga suka ikut-ikutan teman-teman bermain Â
gethek  gedebog pisang pada saat musim hujan tiba. Kadang sepulang sekolah kami langsung meluncur ke sungai kecil yang arusnya berubah menjadi besar karena hujan deras turun terus menerus. Sungguh sangat mengasyikkan. Meski saat pulang ke rumah tak jarang dimarahi oleh Ibu karena lupa waktu, toh saya masih juga tidak kapok melakukannya.
Ilustrasi :www.travel.detik.com
Di era milenial sekarang, tak banyak anak-anak yang berkesempatan menikmati permainan tradisional. Meski tidak menutup kemungkinan di beberapa pedesaan masih bisa kita temukan namun tidak seberagam jaman saya dulu. Tidak bisa dipungkiri, era globalisasi membawa dampak positif dan negatif bagi pertumbuhan masyarakat sekitar kita, khususnya masyarakat perkotaan. Itulah sebab patut diapresiasi jika ada komunitas atau sekelompok orang yang begitu menaruh peduli dalam rangka melestarikan dan menghidupkan kembali permainan tradisional anak-anak Indonesia.
Masalahnya, generasi jaman  now lebih tertarik mana jika disuruh memilih antara gedget play atau permainan tradisional?
Ilustrasi : www.brilio.net
***
Lihat Humaniora Selengkapnya