***
Sepeninggal tamu laki-laki itu, Darsih melihat sikap Ibunya berubah. Seharian itu, Ibunya tidak melakukan kegiatan apa pun kecuali duduk berlama-lama memagut diri di depan cermin, tersenyum-senyum sendiri. Bahkan kadang terkikik kecil.
"Apakah Ibu baik-baik saja?" Darsih tidak bisa menahan lagi untuk tidak bertanya.
"Iya, Sih. Ibu baik-baik saja. Amat sangat baik," Ibunya menjawab dengan riang.
"Apa karena laki-laki kurus itu?" gadis kecil usia delapan tahun itu bertanya polos. Ibunya tertawa renyah. Ia ingin menjelaskan, tapi urung. Dipikirnya, Darsih masih terlalu kecil untuk bisa memahami hal-hal rumit yang ada di benak orang dewasa.
***
Sebulan kemudian, laki-laki kurus itu datang kembali. Darsih kecil melihatnya dan bergegas bersembunyi di balik pintu. Seperti sebelumnya, ia melihat Ibunya merebah di atas tempat tidur. Tapi kali ini dalam posisi yang berbeda. Tengkurap.
"Mau dimasukkan di mana?" laki-laki kurus itu memulai percakapan. Ibunya Darsih menyingkap jarit  dengan tangan kanannya hingga betisnya yang putih kelihatan.
"Di bawah paha sedikit."
Laki-laki itu segera mengeluarkan benda kecil, halus dan runcing yang sudah dipersiapkannya. Lalu memasukkan benda itu secara perlahan ke dalam kulit betis bagian belakang, sesuai dengan keinginan Ibunya Darsih.
"Sakit?" laki-laki itu bertanya.