Hari masih pagi ketika aku sampai di sekolah. Suasana masih sepi. Belum tampak kesibukan yang berarti. Hanya ada satu dua anak bertugas piket sedang membersihkan ruang kelas.
Aku berjalan menyusuri koridor panjang menuju ruang guru yang bangunannya terletak di area bagian belakang. Pagi ini aku mesti menyelesaikan pekerjaanku, merekap nilai anak-anak untuk isian rapor semester ganjil.
"Liz!" seseorang memanggilku, membuatku menoleh dan menghentikan langkah.
"Bogart?"
"Apa kabar, Liz? Kau mengajar di sini?"
Aku tidak menyahut. Napasku tertahan menatap sosok yang sedang berjalan santai menujuku.
"Kau kelihatan gugup bertemu denganku, Liz. Kenapa?" Bogart tersenyum. Wajahku seketika memerah.
"Bisa kita ngobrol sambil duduk? Aku---tidak bisa meninggalkan pekerjaanku," ujarku seraya mengayun langkah memasuki ruangan.
***
Bogart. Aku jadi teringat saat kegiatan KKN beberapa tahun lalu. Kami bertemu di sebuah desa terpencil di lereng pegunungan. Ketika memperkenalkan diri, pria bertubuh atletis itu mengaku berasal dari sebuah tempat yang sangat jauh. Entah tempat apa dimaksud, ia tidak pernah menyebutkannya secara spesifik. Ia hanya bilang, "aku ini orang yang kebetulan tersesat di bumi."
Kukira apa yang dikatakannya hanya gurauan. Sebab aku tahu, dari gurat wajahnya Bogart itu memiliki sense of humor yang cukup tinggi.