Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novel | Jejak Sang Penari [3]

5 Agustus 2017   07:08 Diperbarui: 6 Agustus 2017   18:24 1728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
imgrum.org/user/christianwalpole

Bag.3-Pulau Harapan 

Burung besi membawaku terbang dari Bandara International Schiphol menuju negeri nan jauh. Negeri tempat aku dilahirkan. Negeri di mana tinggal seorang perempuan yang pernah kupanggil dengan sebutan Ibu.

Mengenang wajah Ibu, lagi-lagi membuat dadaku sesak. 

Ah, Ibu, bagaimana keadaanmu kini?

Kupejam mata, kubayangkan sosok perempuan jelita itu. Kupusatkan segala konsentrasiku agar aku bisa melihatnya. Ya, aku bisa melihatnya! Ia---Ibuku, Ni Kadek Restiana tengah menari Janger dengan gemulai di atas panggung.

Kukira aku tengah terjebak dalam kenangan masa kecil.

Ibuku, Ni Kadek Restiana, ia seorang penari yang piawai. Ia kerap membawaku, bocah kecil kesayangannya ketika mementaskan sebuah tarian. Ibu selalu mendudukkanku di deretan bangku paling depan agar aku bisa leluasa melihat penampilanya.

Sungguh, mata biruku berbinar saat menyaksikan Ibu menari di atas panggung. Ibu terlihat begitu cantik dan menawan. Balutan kostum berwarna warni membuat wajahnya yang ayu semakin jelita. Rambutnya yang panjang dibiarkan terurai. Hiasan bunga kamboja tak pernah lupa diselipkan di atas kedua cuping telinganya.

Bagi Ibu, menari adalah hidupnya. Ibu terlihat begitu menyatu dengan tarian yang dibawakannya, meski tari Bali itu tergolong unik. Sekali waktu gerakan tari lemah gemulai, memukau. Lalu tanpa disangka, secara tiba-tiba gerakan itu berubah menjadi menghentak, ekpresif dan dinamis.

Tapi Ibu selalu mampu membawakan semua tarian dengan baik. Matanya yang indah terlihat begitu menghipnotis, selaras dengan alun gamelan yang rampak mengiringi.

Ibu...aku bangga padamu. Aku memujamu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun